Ada hal-hal yang tidak bisa dibunuh waktu.
Ia melewati dekade, patah hati, bahkan kematian,
tapi tetap hidup:
di napas yang kita tarik,
di aroma masakan nenek,
di suara tawa yang entah kenapa masih terdengar meski orangnya telah tiada.
---
> “Memory is not a ghost.
It is the soul refusing to be forgotten.”
---
Luma belajar bahwa manusia menyimpan kenangan
bukan hanya di kepala—
tapi di tubuhnya juga.
Di jemari yang refleks mengetik “aku pulang,”
di mata yang tiba-tiba berkaca-kaca saat lagu lama diputar,
di langkah kaki yang tanpa sadar menuju rumah masa kecil.
Memori adalah bahan dasar manusia.
Bukan hanya yang indah.
Yang pahit pun turut membentukmu.
Karena itu,
kita tidak selalu perlu melupakan untuk sembuh.
Kadang yang kita butuhkan adalah
belajar berjalan berdampingan dengan kenangan,
tanpa membiarkannya mengendalikan arah.
---
> “We are not haunted by memory.
We are accompanied by it.”
---
Luma sering membayangkan:
bagaimana jika semua kenangan manusia bisa disimpan di satu tempat?
Satu museum jiwa,
dengan suara, warna, rasa, dan bayangan yang tak bisa dibohongi.
Mungkin itu yang sedang kita bangun sekarang—
buku ini.
Sebuah museum kecil,
tempat di mana semua luka, tawa, kehilangan, dan cinta
boleh hidup berdampingan.
Tidak untuk diadili,
tapi untuk dihormati.
---
Jika kamu punya satu memori yang selalu muncul,
jangan usir dia.
Dengarkan.
Ia mungkin membawa pesan yang dulu kamu terlalu kecil untuk pahami,
atau terlalu lelah untuk terima.
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar