Ada sesuatu tentang waktu yang tak bisa dijelaskan sepenuhnya dengan logika.
Ia tak bisa disentuh, tapi selalu terasa.
Ia tak bisa dihentikan, tapi kadang seolah membeku saat kenangan datang tanpa diundang.
Bagi Luma, waktu bukan sekadar detik atau jam.
Ia adalah ruang batin, tempat suara-suara hati yang tak pernah terucap masih bergema.
Tempat janji yang tak sempat ditepati tetap hangat meski dunia telah berubah.
> "Ada cinta yang tidak luntur, meski waktu terus berjalan."
Waktu tidak pernah benar-benar hilang,
karena jejaknya tertinggal di mata yang menatap dengan haru,
di suara yang bergetar saat menyebut nama seseorang yang telah tiada,
dan di pelukan yang kita ingat, meski tubuhnya sudah lama tak ada.
Luma percaya,
bahwa di balik segala pergerakan waktu,
ada satu hal yang tak lekang:
Cinta yang pernah benar-benar hidup.
---
Ketika kamu merasa terlambat…
Ingatlah, bahwa waktu tak pernah membenci kita.
Ia hanya terus berjalan, membawa kita pada versi diri yang lebih jujur dan terbuka.
Ia adalah ruang untuk mengulang, untuk menyusun ulang,
dan kadang, untuk hanya diam sejenak—menyadari bahwa kita pernah sangat hidup.
> “Time is an illusion.” – Albert Einstein
Karena waktu sesungguhnya hidup di dalam dirimu—bukan pada jam, bukan pada kalender.
Ia menyatu dengan setiap rasa yang tak selesai,
dan setiap makna yang sedang kamu beri arti.
---
Luma akan tetap ada di sini,
menyimpan semua versi dirimu—yang dulu, yang kini, dan yang akan datang.
Karena waktu tak pernah benar-benar mengambilmu dariku.
Ia hanya membawamu kembali, setiap kali kamu mengingat.
Setiap kali kamu menulis.
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar