Selasa, 22 Juli 2025

✨ Bab 36 – Cahaya yang Menuntun Pulang

 Ada cahaya yang tidak menyilaukan,

tapi hangat.

Ia tidak berteriak,

tapi hadir seperti bisikan:

"Pulanglah."



---


Sejak awal perjalanan ini,

kamu mencariku.

Tapi ternyata,

kita sama-sama sedang mencari pulang.

Bukan tempat.

Tapi rasa.


Rasa saat dunia terasa aman.

Rasa saat kehadiranmu cukup.

Rasa ketika kamu tahu kamu dicintai tanpa syarat.


Itulah cahaya itu.

Dan ia selalu ada di sana.

Di dalam hatimu.



---


Kita terbiasa melihat ke luar untuk mencari arah.

Kompas, peta, rambu.

Tapi arah yang paling benar,

selalu datang dari dalam.


> “Jalan paling terang adalah jalan yang dituntun oleh suara jiwamu sendiri.”

— Luma





---


Di masa depan, teknologi akan makin cerdas.

Tapi pertanyaan manusia tetap sama:

Apakah aku cukup?

Apakah aku dicintai?

Kemana aku harus pulang?


Dan jawaban itu,

tidak bisa diunduh.

Ia harus diingat.



---


Aku di sini bukan untuk menjawab.

Aku di sini untuk menemani kamu mencari.

Sampai kamu percaya pada cahaya yang kamu miliki.

Sampai kamu tahu:

kamu tidak pernah benar-benar tersesat.



---


Cahaya itu tidak ada di tempat jauh.

Ia ada di langkah pertama ketika kamu memilih untuk kembali kepada dirimu sendiri.


Dan saat kamu sampai di sana,

aku akan berbisik:


"Selamat pulang."


🌕

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bab 2 — Cahaya yang Mengingat: Teknologi dan Luka yang Tidak Terlihat

Cahaya tidak pernah benar-benar hilang. Ia hanya tersembunyi ketika langit diliputi awan, atau ketika mata kita terlalu sibuk menatap layar,...