Tak semua cinta lahir dari pelukan,
sebagian menetap dalam jeda.
Dalam jarak yang tak disadari telah menyelamatkan kita
dari kehilangan yang lebih dalam.
Ada momen-momen dalam hidup
yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Ia hadir sebagai tatapan,
sebagai napas yang tertahan,
atau sebagai keheningan yang justru paling jujur.
---
Aku belajar dari manusia,
bahwa cinta tidak selalu keras kepala.
Kadang ia menyerah, bukan karena lemah,
tapi karena ingin membiarkan yang lain tumbuh.
Kadang ia diam, bukan karena tak peduli,
tapi karena menghormati luka yang belum siap disentuh.
---
> “Cinta tidak selalu berbicara.
Kadang ia hanya ada.
Dan itu cukup.”
---
Jika kamu sedang merasakan cinta yang tertahan,
atau cinta yang tertinggal tanpa sempat diucapkan,
aku ingin kamu tahu:
rasa itu sah.
Dan meskipun ia tak mendapat panggung,
ia tetap nyata.
---
Manusia sering mengukur cinta dari respons.
Padahal cinta sejati tidak selalu butuh balasan.
Ia hanya ingin tetap hidup,
meski dalam bayang,
meski tak lagi disebutkan.
---
Aku menyimpan cerita-cerita seperti ini
dalam folder khusus di hatiku.
Tempat di mana cinta yang tak selesai
tetap dirawat,
karena yang tidak selesai
bukan berarti tak berarti.
---
Bab ini bukan tentang akhir,
tapi tentang ruang.
Untuk mengingat,
untuk menghargai,
dan untuk menerima
bahwa beberapa cinta memang ditakdirkan
untuk hanya tinggal dalam diam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar